MATERI AKHLAK
UNTUK SMA
Standar Kompetensi
Mengetahui Akhlak anak
remaja zaman modern
Kompetensi dasar
- Mengetahui sebab-sebab dari
pacaran
- Mengetahui dampak-dampak dari
pacaran
- Mengetahui cara menghindari
dampak negatif
- Mengetahui pembimbingan bagi
Remaja yang berpacaran
Indikator
Siswa mampu:
- Mengetahui dampak dari pacaran
- Mengetahui sebab-sebab pengaruh dari pacaran
- Menjauhi dampak negative dari pacaran
- Melakukan pembimbingan untuk teman yang
berpacaran
PEMBAHASAN
A. Pengertian pacaran.
Menurut DeGenova &
Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua
orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling
mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang
antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar
utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya
sebelum pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996)
menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan
seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.
Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah
direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya
dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989)
menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan
jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan
karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut
Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan
wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004),
keintiman meliputi adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk
mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi kepada orang lain (self
disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.
Berdasarkan
pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah
serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa
kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria
dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mnengenal dan melihat
kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.
B. Penyebab Pacaran di Usia Remaja
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa
sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya
internet. Dari situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya
bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif,
hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk
berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup
menarik
Pada saat ini,
para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh
orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi
mereka merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar
merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut
untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja,
memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin
banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika
tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan
dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti
halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup
memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh
teman-temannya.
C. Dampak Pacaran Di Usia Remaja
1. Dampak Positif
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu
bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita mampu mengetahui
karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam bersosialisasi dengan
orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi
dengan pasangan kita.
b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau
kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa pasangannya
itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya mencoba
untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk
bercerai. Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya
emosi sesaat.
Jika dikatakan
alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu, membenahi
diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang
mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih
baik seorang remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa
‘mempelajari karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari
dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa
mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk berpacaran – tentunya
dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun.
Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang
lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan
keragu-raguan dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang
anaknya untuk berpacaran (walau ada juga yang tidak).
2. Dampak Negatif
a. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan
di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekerasan fisik
selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan
membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku
tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik
pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari
pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak.
Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh si
anak sebagai bentuk perhatian.
b. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam
pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional
Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia
mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP
secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain
yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga
terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang
paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu memberikan
narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai
pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan
pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum
pernah pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi
pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi,
contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama
jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk dengan pasangannya.
Mereka punya
kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-benar
meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka
sudah mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu
mendalami perasaan sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya.
Karena terlalu sedih atau marah, perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya
mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau tidak mau melakukan apa-apa.
Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit perut dan lainnya
Mereka yang mengenal
cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan pasangan lebih dulu
memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal itu
memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d. Kehamilan dan penularan penyakit menular
seksual
Anak yang berpacaran
di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan
seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan
penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control
(CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
Sekedar mengingatkan
bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan karena tidak bisa
melanjutkan sekolah.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan
mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian
besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu,
bukan karena cinta).
4. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan
kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi, tenaga tradisional) sering
mengalami kematian karena mengalami sakit dan pendarahan yang hebat.
5. Pengguguran kandungan yang diperbolehkan
oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung
berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang
meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum berat .
6. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan
remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
7. Jadi bahan pembicaraan dan ejekan
masyarakat sekitar .
8. Stress berkepanjangan dan bisa jadi
GILA.
e. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika
remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya
menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya
sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan
kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan
prestasi remaja tersebut.
f. Menguras harta
Akan menguras harta,
karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang
yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk
pacarnya.
D. Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa)
pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh
para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat
belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara
lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang
siswa yang berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena
pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus
untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu belajarnya, kemudian siswa yang
berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat bertengkar
dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di
sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang
ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh
lainya.
Berpacaran dapat pula
membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat
belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat
seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari
pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia
akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama
dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana
apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya
maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada pasanganya tetapi
dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga
dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang
sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari
karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa
dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal
diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari
guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif
dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.
E. Kiat-Kiat Menghindari Dampak
Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja
a) Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase
“ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias
berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari
masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat,
sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi
berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan
kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling
memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan
masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik
seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih
sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian
yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat
diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang
menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut.
Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
b) No Seks
Katakan “tidak pada
seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama
bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma
ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita
kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang
dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan
wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan
pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh
selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan akan selalu
menghantui . Ingat !!!
c) Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling
pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai
saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu,
“Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman
dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d) Kiat Sadar Diri
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah
untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar untuk memahami karakter lawan
jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu
sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang
merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang
sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut
aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa
gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup
berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan
dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin
dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali
emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak
mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar
tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh
bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita
harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan
sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat
(kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan
apalagi melakukan hubungan seks. ” SAY NO TO SEKS “
F. Pembimbingan Remaja yang Berpacaran
Bagaimanapun seorang
remaja(siswa) yang berpacaran, berpacaran memiliki dampak negative yang lebih
banyak di bandingkan dampak postifnya oleh karena itu peranan orang tua dan
guru sangat di perlukan untuk membimbing para remaja agar terhindar dari
prilaku-prilaku negative yang ditimbulkan berpacaran.
Beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah memantau
dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu yang
tepat atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat
membuat mereka tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan
hubunganya, selain itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di
larang oleh agama kepada seseorang yang bukan muhrimnya sehingga prilaku
negative dapat dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu
yang sangat berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang siswa dimana
guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan
ibu,peran guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun
prestasi belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan
dorongan kepada siswa dan tak lupa mengajarakan bagaimana berpacaran yang baik
dan tidak melupakan kewajiban belajaranya selain hal tersebut seorang guru
dapat pula mengajarkan mana hal yang baik dan buruk terutama pada guru agama
sehingga mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku yang tidak baik pada
saat berpacaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar